iklN11

iklan 9

Senin, 06 Februari 2012

Urbanisasi dan Kualitas Hidup di kota Semarang

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang telah membawa akibat samping berupa terjadinya  kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas, meningkatnya sektor informal dan pengangguran, kriminalitas, serta berbagai konflik sosial politik lainnya. Fenomena ini menjadi kajian bahwa Kota Semarang tengah mengalami urbanisasi berlebih yakni ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonominya.
            Penelitian ini bertujuan untuk  menjelaskan dan mempelajari dinamika proses urbanisasi di Kota Semarang dengan mengidentifikasi determinan pokok urbanisasi serta mengidentifikasi dampak dan kaitan urbanisasi dengan kualitas hidup yang diidentifikasi dari faktor-faktor sosial, ekonomi, dan demografi. Metode penelitian ini adalah melalui survei yang menggunakan data sekunder dari BPS (Biro Pusat Statistik) dan instansi lainnya, data hasil wawancara, Focus Group Discussion dan observasi lapangan. Lingkupnya adalah studi kependudukan yang menggabungkan antara variabel demografis dan variabel non-demografis. Dengan kata lain ini adalah penelitian kualitatif yang digabung dengan penelitian kuantitatif.
Penelitian menyimpulkan bahwa : 1). Proses urbanisasi di Kota Semarang berlangsung sejak jaman kolonial hingga proses kapitalisasi yang terkait dengan pasar global; 2).  Determinan utama urbanisasi di Kota Semarang adalah gabungan simultan antara tekanan perdesaan dan daya tarik kota yang dipandang selalu dapat menyediakan lapangan kerja; 3). Dampak urbanisasi di Kota Semarang adalah involusi perkotaan yang ditandai pertumbuhan sektor jasa dan sektor informal, dan sektor informal seakan selalu bisa dimasuki oleh pekerja baru. Sektor industri dan pertanian menurun perannya, sebaliknya sektor informal semakin meningkat. Dampak lain adalah menurunnya mutu atau kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas dan tingginya angka kejahatan.
Saran yang disampaikan adalah isu megapolitan sudah terlampaui, sehingga yang perlu menjadi perhatian adalah gejala megaregional. Hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah mengusahakan keterkaitan antara lokalitas dengan sistem produksi dan ekonomi global di wilayah tersebut untuk menyejahterakan penduduk dan mencegah arus migrasi ke kota-kota besar. Variabel ”daya dukung lingkungan” dan variabel ”daya tampung sosial” perlu ditambahkan untuk mengukur terjadinya urbanisasi.

Kata Kunci : Urbanisasi, kualitas hidup, involusi kota, daya tampung sosial, daya dukung lingkungan,  pembangunan kota berkelanjutan